ADA PUNGLI DI SMAN 1 KAYUAGUNG ?

OKI – Kebijakan Drs Asnawi Zen sebagai Kepala Sekolah (KEPSEK) di sekolah Favorit SMA NEGRI 1 Kayuagung yang terbilang nekad melakukan praktik pungutan liar alias pungli dari para siswa dengan alibi untuk membayar gaji guru honorer belakangan mengundang kontroversi.
Menurut informasi yang didapat NN  dari salah seorang guru honorer berinisial NL mengatakan bahwa,
“Para siswa dipungut sesuai kelasnya masing-masing, untuk kelas 1 dipungut sebesar Rp120 ribu sementara untuk kelas 2 dan kelas 3 dipungut sebesar Rp100 ribu. Uang hasil pungutan dari siswa itu, digunakan untuk membayar gaji para guru honorer sebanyak 40 orang. Sementara untuk Dana Bantuan Operasional Sekolah dan sisanya tidak pernah dijelaskan ke mana uang itu dipergunakan,” ujar NL kepada NN.
Masih kata  NL, “Menurut saya dan para guru yang lain di sekolah ini jumlah nominal pungutan tersebut dinilai cukup fantastis. Karena jika dikalkulasikan dengan jumlah siswa sebanyak 800 orang. Kabarnya pak, pungutan itu akan dijalankan secara rutin setiap bulan.”

Menurut Bakar (55) salah seorang wali siswa SMA N 1 Kayuagung ketika diwawancara  NN di rumahnya di kawasan Celikah Kota Kayuagung, “Anak saya sekolah di SMAN 1 Kayuagung dan sama seperti yang lain anak saya juga diminta uang Rp 100.000,- dan kalau ditanya apakah kami keberatan atau tidak, jelas kami merasa keberatan pak. Karena sekolah kan sekarang sudah digratiskan oleh pemerintah. Dan Presiden Jokowi pun sudah melarang akan adanya aktifitas pungutan di sekolah.”ujarnya.

Ketua GNPK Kabupaten Ogan Komering Ilir Samsul Bahri (54) ketika dikonfirmasi NN terkait adanya pungutan liar di SMAN1 Kayuagung mengatakan, “Kasus pungutan liar di sekolah SMAN 1 Kayuagung itu memang benar ada, dan kami pun tengah melakukan investigasi. Nanti sama-sama kita tindaklanjuti.”ujarnya.

Sayangnya hingga berita ini ditulis, Kepala SMAN 1 Kayuagung, Drs Asnawi Zen, belum berhasil ditemui oleh wartawan, beberapa kali wartawan mencoba menemui yang bersangkutan di sekolah tapi yang bersangkutan selalu tak berada di tempat. Bahkan ketika wartawan mencoba menghubungi via telpon tapi nomor telpon yang diberikan oleh pihak sekolah tidak pernah aktif.(ADENIA)

Related posts