MANADO – PELAKSANAAN Operasi Teritorial (Opster) bertajuk “Sangsiote Sampate-Pate” yang digelar selama 150 hari di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud secara resmi ditutup Danrem 131/Santiago Brigjen TNI Joseph Robert Giri SIP MSi. Penutupan kegiatan ditandai dengan digelar upacara di lapangan Mini Pendopo Bupati Sangih (Tahuna), pada Rabu (03/01).
Dalam amanat Pangdam XIII/Merdeka Mayjen TNI Ganip Warsito SE MM yang dibacakan Danrem 131/Santiago menyampaikan, terhitung mulai tanggal 03 Agustus 2017 para Prajurit TNI, POLRI dan unsur Pemda serta segenap komponen masyarakat Sangihe dan Talaud, bahu-membahu mensukseskan pelaksanaan Opster TNI yang digelar Kodam XIII/Merdeka untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan masyarakat serta kemanunggalan TNI Rakyat.
“Kebersamaan ini merupakan sinergitas yang positif dalam mengatasi berbagai permasalahan bangsa, khususnya warga Sangihe dan Talaud. Semua itu dilaksanakan untuk mempercepat pembangunan di daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan Kemanunggalan TNI–Rakyat guna menyiapkan Ruang, Alat dan Kondisi Juang yang tangguh untuk kepentingan bangsa. Oleh karena itu, pada kesempatan yang sangat baik ini, saya selaku Pangdam XIII/Merdeka dan selaku Penanggung Jawab Opster TNI “Sansiote Sampate-Pate”, menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemda Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Pemda Kabupaten Kepulauan Talaud beserta semua pihak dan elemen masyarakat yang telah bersama-sama dan bersinergi dalam pelaksanaan kegiatan Opster TNI TA 2017 di dua wilayah kabupaten ini. Baik secara moril maupun materiil, sehingga kegiatan Opster ini dapat berjalan dengan aman dan lancar,” kata Pangdam seperti yang ditirukan Danrem.
Pangdam mengatakan, hal itu dilakukan jajarannya sesuai UU RI No 34 tahun 2014 tentang TNI pasal 7.
“Semuanya ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab TNI untuk menjalankan amanat konstitusi, yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 7 yang menyatakan bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara,” katanya.
Menyikapi perkembangan situasi regional, terutama di negara tetangga Kota Marawi, Philipina, sempat menjadi medan pertempuran baru ISIS di Asia Tenggara setelah basisnya di Irak dan Suriah dilumpuhkan pasukan pemerintah beserta aliansi internasional.
“Sudah sepatutnya jika kita semua waspada terhadap pulau-pulau terluar yang berada di daerah perbatasan Indonesia–Philipina. Karena pulau di perbatasan merupakan wilayah yang sangat strategis dan menjadi akses lintas batas antar negara yang cenderung sulit diawasi oleh aparat keamanan kedua negara. Ini mengingatkan kita akan luasnya lautan dan keberadaan puluhan pulau tak berpenghuni yang berpotensi menjadi tempat persembunyian sekaligus jalur pelarian serta penyelundupan. Baik teroris ISIS dan kelompok radikal lainnya maupun senjata api, amunisi atau bahan peledak.
Oleh karena itu, saya menghimbau kepada seluruh warga masyarakat Sangihe dan Talaud agar tidak menyimpan senjata api, amunisi maupun bahan peledak. Karena dapat dimanfaatkan oleh teroris ISIS dan simpatisannya serta kelompok radikal lainnya yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dan kondusifitas perekonomian di daerah perbatasan ini. Untuk itu diharapkan masyarakat lebih peka terhadap perkembangan situasi dan lingkungannya,” pungkasnya.
Selain mengantisipasi potensi masuknya teroris ISIS dan simpatisannya serta kelompok radikal lainnya ke wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud, Opster TNI “Sansiote Sampate-Pate” ini juga menyasar berbagai kegiatan fisik dan non fisik untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan masyarakat, menumbuhkan wawasan kebangsaan dan kesadaran bela negara serta kemanunggalan TNI dengan rakyat.
“Ini semua adalah wujud dari darma bakti TNI kepada rakyat Indonesia yang telah melahirkannya. Sebanyak 455 unit RTLH berhasil direhab dan dibangun Satgaster dan juga berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti penyuluhan dan sosialisasi di berbagai bidang. Seperti; Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan, Isu Radikalisme, ISIS dan Teroris, serta penyuluhan pertanian dimana hasilnya pun telah dapat kita rasakan bersama. Kondisi sosial masyarakat Sangihe dan Talaud sekarang relatif semakin kondusif. Kegiatan ekonomi riil di tengah-tengah masyarakat semakin menggeliat sehingga mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, berjalannya sistem pertahanan dan keamanan, serta semakin terbinanya semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Mari bersama-sama kita jaga dan pelihara situasi yang kondusif ini agar keamanan dan kesejahteraan masyarakat dapat senantiasa terjamin, wawasan kebangsaan dan kesadaran bela negara semakin bertumbuh, dan kemanunggalan TNI-Rakyat semakin kokoh,” tandasnya.
Di akhir upacara Danrem 131/Santiago menyerahkan kendaraan Roda Dua (SPM) kepada Dandim 1312/Talaud sebagai wujud kepedulian terhadap Kodim 1312/Talaud yang belum lama diresmikan oleh Pangdam XIII/Merdeka serta meninjau RTLH yang telah direhat dan melaksanakan penanaman padi perdana di lokasi Ceatka Sawah Baru.
Hadir dalam acara penutupan Opster tersebut, Wakil Bupati Sangihe Helmud Hontong SE, Ny. Danrem 131/Santiago Mitha Lenardi, Kasiter Korem 131/Santiago Kolonel Inf Saripuddin beserta istri, para Dandim jajaran Korem 131/Santiago, Pabandya Komsos Dam XIII/Merdeka Mayor Inf I Ketut, Danlanal Tahuna Kolonel Laut (P) Setyo Widodo SE MSi, Kapolres Sangihe AKBP I Dewa Made Adnyana SIK SH, Kejari Tahuna M Irwan Daruinding,SH, MH dan para peserta upacara serta undangan lainnya.
(vendry)